Tugas bahasa JEPANG

Posted on 21.27
Ruang-ruang di Sekolah

NO BAHASA INDONESIA ROMAJI HIRAGANA / KATAKANA/KANJI
1 Ruang kepsek kouchoushitsu プリンシパル·スペース
2 Ruang guru shokuinshitsu  職員室
3 Ruang UKS Hokenshitsu  スペース
4 Perpustakaan Toshoshitsu ライブラリ
5 Ruang tata Usah Jimushitsu スペースおよび
6 Kantin Shukudou カフェテリア
7 Toilet Otearai カフェテリア
8 Halaman sekolah Koutei   校庭
9 laboratorium Raboratorii  実験室
10 Tangga kaidan はしご
11 auditorium Kōdō オーディトリアム
12 kantorosis OSIS ofisukanri オフィス
13 koperasi kyōdō 協力的な
14 Lab.bahasa  Rangējirabo ランゲージラボ
15 Lab.biologi  Ikimonogaku kenkyūshitsu バイオロジー室
16 masjid   Mosuku モスク
17 perpustakaan  Toshoshitsu ライブラリ
18 R.administrasi jipooji 行政スペース
19 ruangkelas  Kyōshitsu クラスルーム
20 Aula olahraga tai’ikukan 体育館

tugas seni

Posted on 01.03

Tari Payung adalah salah satu tari klasik dari Minang, Sumatera Barat .

Tarian yang menggambarkan kasih sayang seorang kekasih.

Tarian ini merupakan tari pergaulan muda-mudi yang dilambangkan dengan payung sebagai pelindung. Makanya, tarian ini dibawakan secara berpasangan.

Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, penari wanita juga menggunakan selendang sebagai pelengkapnya.

Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis.

Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya. (Kidnesia/berbagai sumber)

SENI TARI

Posted on 00.58
Indonesia bukan hanya kaya dengan budaya tapi juga kaya dengan berbagai macam kesenian, salah satunya seni tari jaipong atau jaipongan yang berasal dari jawa barat. Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai tari jaipong, mulai dari pengertian tari jaipong, sejarah tari jaipong dan perkembangan Tari jaipong.

Tari Jaipong

Jaipongan adalah sebuah aliran seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.

Menyebut Jaipongan sebenarnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.

Sejarah Tari Jaipong
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu / Doger / Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu / Doger / Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

tari jaipong

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Perkembangan Tari Jaipong
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya “kaleran” (utara).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.

Semoga seni tari jaipong ini bisa tetap lestari di Indonesia kita tercinta ini dan jangan sampai diklaim oleh negara lain. Jangan lupa baca juga seni tari Gambyong yang merupakan seni tari dari Jawa Tengah yaitu Surakarta.

Sumber kaskus.us.

Fakultas Keguruan Makin Diminati

Posted on 02.00
SEMARANG-Makin membaiknya penghargaan pemerintah kepada para guru, secara signifikan mendorong tingginya minat masyarakat menekuni profesi tersebut. Hal ini juga sejalan dengan masih terbukanya peluang menjadi guru baik di sekolah negeri maupun swasta karena kebutuhan guru dari tahun ke tahun makin meningkat.

Mengutip data data Ditjen PMPTK Kemendiknas, Pjs Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unissula Prof Dr H Gunarto mengatakan kebutuhun guru Matematika hingga 2014 saja mencapai 12 ribu, sedangkan kebutuhan guru Bahasa Indonesia 13 ribu.

''Jadi, tidak mengherankan bila fakultas fakultas keguruan di hampir semua perguruan tinggi di makin diminati,'' kata dia, kemarin.

Secara langsung maupun tidak langsung, meningkatnya minat kuliah pada jurusan tersebut menjadikan biaya kuliahnya menjadi mahal. Bahkan untuk masuk pun persaingannya makin ketat dan dengan uang gedung yang relatif mahal. Hal ini, menurut dia, mengundang keprihatinan banyak pihak karena komersialisasi pendidikan di jurusan keguruan menjadikan peluang putra-putri terbaik bangsa yang dari segi finansial kurang mampu menjadi makin terbatas.

Namun ia menepis hal itu dengan mengatakan tidak semua jurusan keguruan di perguruan tinggi mahal, misalnya FKIP Unissula menawarkan biaya kuliah yang sangat terjangkau tanpa mengurangi kualitasnya, baik dari dosen maupun fasilitas penunjang lainnya.

Dikatakan, biaya uang gedung/ dana pengembangan institusi (DPI) hanya Rp 2 juta dan dapat diangsur selama setahun. Untuk memberikan layanan bermutu ada tiga guru besar yang menjadi dosen, yakni Prof Dr H Kholiq Dahlan, Prof Dr Imam Wahyudi, dan dirinya.

Menurutnya, konsep ''Kuliah Terjangkau'' itu merupakan salah satu komitmen Unissula dan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) untuk ikut berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya mengader calon calon guru profesional melalui Prodi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Bahasa Indonesiaî.

Memang tak dapat dimungkiri jika secara umum biaya kuliah di hampir semua perguruan tinggi mengalami kenaikan dari tahun ke tahun seiring naiknya inflasi dan tingginya minat kuliah pada fakultas tertentu. ''Namun masyarakat masih memiliki banyak pilihan kuliah yang terjangkau tentunya dengan tidak mengesampingkan kualitas,'' katanya. (C27-91)

http://m.suaramerdeka.com

Ubah Formalitas Jadi Kualitas

Posted on 01.57
KEBIJAKAN Ditjen Dikti akan kewajiban mahasiswa untuk menulis dan mempublikasikan karya ilmiah direspons beragam oleh mahasiswa. Mereka yang tidak gemar menulis akan merasakan dilema. Sementara mahasiswa yang geman menulis akan merasa bangga.

Tidak heran, kebijakan ini pun menjadi polemik yang sedang menghebohkan dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Sebenarnya dunia karya ilmiah dan tulis menulis tidaklah sesulit yang dibayangkan. Hanya saja, mahasiswa sering kali membuat sebuah anggapan dan penafsiran atau juga sugesti yang negatif akan sulitnya hal tersebut. Inilah yang menjadi poin penting akan kemunduran dunia ilmiah di ranah mahasiswa.

Peran serta kampus juga mempengaruhi akan tertarik atau tidaknya mahasiswa untuk melakukan sebuah karya yang dipublikasikan di media apa saja. Bagaimana tidak, jika pihak kampus tidak memberikan sebuah dorongan akan hal tersebut secara otomatis mahasiswa tidaklah mengalami gejolak minat yang teramat kuat. Mungkin hanya beberapa mahasiswa saja yang memang notabenya sudah gemar melakukan hal tersebut.

Pro kontra tentang hal ini menjadi sebuah PR besar bagi kalangan akademisi untuk merumuskan pentingnya menulis. Jika hanya dibiarkan, maka dampaknya akan terasa. Dengan artian, mahasiswalah yang mengalami kesulitan. Sebab, dunia tulis menulis dan karya ilmiah tidak bisa dilakukan secara instan dan dadakan. Semua butuh sebuah proses yang mendukung hal tersebut.

Jika dilihat dari segi baiknya, kebijakan ini mempunyai dampak positif bagi mahasiswa, supaya mereka gemar membuat sebuah karya. Kebijakan dari Ditjen Dikti ini menjadi sebuah dorongan secara tidak langsung untuk pengembangan skill mahasiswa secara jelas. Karena, mahasiswa memang bukan lagi seorang pelajar sekolah yang harus diberikan bimbingan berupa teori-teori. Mahasiswa sudah harus mempunyai kemampuan di bidang karya ilmiah yang memang seharusnya dimiliki oleh setiap mahasiswa. Kebijakan positif ini adalah upaya memajukan mahasiswa supay` mempunyai sebuah kenangan hasil karya yang bisa terus dikenang dengan bukti yang jelas.

Kebanyakan mahasiswa sekarang masih kurang meminati hal-hal yang demikian. Karena dunia mahasiswa telah terkontaminasi akan gemerlapnya kesenangan dan fasilitas yang serba instan, sehingga membuat efek malas untuk membuat sebuah karya pemikiran yang seharusnya dimiliki oleh setiap mahasiswa. Keadaan seperti inilah yang seharusnya dibenahi, mahasiswa harus mempunyai keseimbangan antara hiburan dan pemikiran. Jika tidak ada keseimbangan, maka tak akan menutup kemungkianan bahwa kebijakan Ditjen Dikti hanya akan menjadi sebuah wacana.

Memang berat jika kebijakan ini harus diterapkan pada seluruh mahasiswa. Tetapi ini merupakan langkah awal untuk memajukan dunia pendidikan Indonesia supaya tidak sekadar formalitas; berkuliah untuk mendapat gelar sarjana saja. Mahasiswa juga harus memiliki kemampuan yang nyata dan terpublikasikan. Dan yang paling penting, bisa mengubah formalitas menjadi sebuah kualitas. Bentuk positif ini tak bisa jika tidak didukung dari semua elemen baik dari dosen, kampus, pemerintah, dan juga mahasiswa itu sendiri.

Bagus Anwar Hidayatulloh
Mahasiswa Ilmu Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta(//rfa)

Tahun Depan, Pancasila Jadi Pelajaran Sekolah

Posted on 01.45
Tahun Depan, Pancasila Jadi Pelajaran Sekolah – Berita Terbaru, Pancasila yang selama ini menjadi landasan dasar negara Indonesia kini semakin terlupakan. Maka dari itu, untuk mewujudkan kembali ideologi Pancasila yang dapat diikuti oleh semua bangsa Indonesia, Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh menyatakan bahwa Pancasila akan kembali masuk kurikulum pendidikan mulai tahun depan. Jadi, Pancasila akan menjadi pelajaran sekolah dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Meski begitu, Nuh mengatakan bahwa nama untuk mata pelajarannya itu belum dapat ditentukan. Namun, yang pasti secara eksplisit akan ada Pancasila. “Saya sudah buat tim untuk melakukan kajian terhadap hal itu,” ujar Nuh.

Sejak dirinya masuk Kabinet Indonesia Bersatu II, sebenarnya Nuh sudah diminta oleh Presiden SBY untuk memikirkan pola pendidikan Indonesia yang tak melulu kognitif, namun juga termaduk di dalamnya pendidikan kepribadian dan peradaban. “Oleh karena itu, kami sudah meninjau kurikulum dan sudah menyiapkan pendidikan yang menekankan pada pendidikan karakter,” tambah Nuh.

Pendidikan karakter tersebut dilakukan dengan tujuan mencegah disintregasi bangsa, aksi kekerasan atas nama kelompok tertentu dan agama. Semua itu dapat terwujud jika pendidikan karakter sukses menumbuhkembangkan rasa cinta dan bangga terhadap Indonesia. Nuh melanjutkan, hilangnya pemahaman ideologi bangsa, Pancasila, pada anak didik negeri ini akibat dari konsekuensi logis perubahan kurikulum dan sistem pendidikan nasional yang berlangsung sejak 2003. Kala itu, inklusivitas ideologi Pancasila dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan.

Sejak saat itu, kata dia, praktis Pancasila mulai tak lagi dihayati oleh anak didik, karena tak diajarkan secara langsung di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. “Untuk itu, perlu reaktulasisasi dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila untuk masyarakat juga akan kami galakkan lagi. Hanya saja, formatnya bukan seperti P4 yang sangat dogmatis dan doktrinasi, tetapi lebih kepada dialektis. Karena biar bagaimana pun, harus ada adaptasi dalam menerjemahkan nasionalisme dalam kehidupan globalisme,” tegasnya.


Posted by agil

Habibie: Wajar, Ilmuwan Belum Mau Pulang ke Indonesia

Posted on 01.31
Berita Terbaru, Mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) yang juga mantan Presiden Republik Indonesia ke 3 B.J. Habibie memaklumi adanya ilmuwan Indonesia yang memilih tinggal di luar negeri dan belum mau pulang ke negaranya, tanah air Indonesia. Namun demikian, bukan berarti mereka tidak cinta terhadap negaranya. Habibie yakin bahwa ilmuwan tersebut tetap cinta kepada tanah airnya, Indonesia.

Dalam kuliah umumnya di kota Aachen, Jerman, Sabtu (30/7), Habibie mengatakan, pada saat ia tinggal di Eropa, isunya sama: brain drain. Tapi, lanjut Habibie, kita realistis saja. Bagaimana orang pintar mau pulang ke Indonesia kalau tidak ada lapangan pekerjaan di Indonesia.

Habibie berbicara banyak soal IPTEK, ekonomi, brain drain, dan kenangan masa mudanya di kota teknik Jerman, Aachen. Antusiasme masyarakat (intelektual) Indonesia memang terlihat di acara ini. Sekitar 470 mahasiswa di daratan Eropa menyempatkan diri datang ke Aachen.

Dengan wajah segar, antusias dan penuh senyum. Ia memulai dua sesi kuliah umum dengan menceritakan pengalamannya berkuliah di Aachen pada tahun 1950-an. Ketika panitia mengisyaratkan bahwa waktu kuliah telah habis, kakek yang pandai melucu ini mengakui kekurangannya. “Kekurangan saya adalah, kalau sudah ngomong susah berhenti.”

Seorang mahasiswi sempat mempertanyakan kondisi pendidikan di Indonesia. Bagaimana mungkin kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa ditingkatkan jika sekolah pun belum terjamin untuk semua anak Indonesia. Lalu, Habibie menanggapinya dengan ringan.

Habibie mengatakan, Indonesia kan punya banyak sekali sumber daya alam. Harusnya SDA itu yang dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemajuan otak manusianya. “Ya, jangan pesimis, dong. Nggak maju-maju kalau kita pesimis terus. Saya yakin Indonesia bisa. Soal kemampuan sih, nggak usah dipertanyakan lagi.”

Adanya anggapan brain drain bagi mereka yang masih tinggal di luar negeri, Habibie tak mencemaskan hal tersebut. “Bohong itu kalau ada yang bilang, orang Indonesia yang di luar negeri are lost people yang nggak punya nasionalisme,” ujar Habibie.

Menurut Habibie, pilihan yang realisitis untuk (sementara) bertahan di luar negeri adalah wajar. Apalagi untuk para ilmuwan, kondisi dalam negeri tidak mendukung mereka melakukan riset atau mengembangkan keahlian.

Tapi, Habibie yakin, jika ada kesempatan, mereka akan kembali dan berbakti kepada tanah airnya. “Tak ada orang Indonesia yang tidak ingin berbakti pada tanah air,” katanya.

Posted by dedi on Jul 31, 2011 in Berita Dunia

My Blog List

Pages

Powered By Blogger

Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir... Success is a journey, not a destination

Mengenai Saya

Foto saya
menjadikan hari esok lebih baik, & hari yg lalu sbg pljran

just wanna say...


ShoutMix chat widget

Pengikut